BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR
BELAKANG
Pengembangan manusia seutuhnya sebagai hakikat pembangunan
nasional dicapai dengan berhasilnya salah satu sektor yakni pembangunan
kesehatan dan juga dipengaruhi oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Sebagai
generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa menuju masyarakat
sejahtera, adil dan makmur, proses pertumbuhan penduduk harus dipantau dan
dikendalikan salah satunya dengan pengadaan program Keluarga Berencana (KB).
Program KB nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk. Dalam
upaya menjunjung keberhasilan Program KB Nasional yaitu tercapainya kondisi pertumbuhan
penduduk seimbang.
Gerakan KB tahap kedua sekarang ini sedang berusaha meningkatkan
mutu para pelaksana, pengelola dan peserta KB disemua lini lapangan di pedesaan
baik di kota maupun di desa. Begitu juga dengan para akseptor KB diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi yang digunakannya
(Hartanto, 2002).
Tujuan Gerakan KB Nasional ialah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalaui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran
gerakan KB Nasional ialah :
1. Pasangan Usia Subur dengan prioritas PUS muda dengan paritas
rendah
2. Generasi muda
3. Pelaksana dan pengelola KB
4. Sasaran wilayah (Manuaba, 1998)
- RUMUSAN
MASALAH
- Bagaimanakah
proses manajemen kebidanan menurut
Helen Varney (1997)?
- Bagaimanakah proses manajemen kebidanan dengan manajemen
SOAP?
- Bagaimanakah suntikan Kontrasepsi suntik 1 bulan?
- Bagaimanakah contoh askeb dengan menggunakan 7 langkah
varney kontrasepsi suntik 1 bulan?
- Bagaimanakah contoh askeb dengan menggunakan manajemen
SOAP kontrasepsi suntik 1 bulan?
- MANFAAT
1.
Untuk mengetahui
proses manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997)
2.
Untuk mengetahui
proses manajemen kebidanan dengan manajemen SOAP
3.
Untuk mengetahui
suntikan kontrasepsi suntik 1 bulan
4.
Untuk mengetahui
contoh askeb dengan menggunakan 7 langkah varney kontrasepsi suntik 1 bulan
5.
Untuk mengetahui
contoh askeb dengan menggunakan manajemen SOAP kontrasepsi suntik 1 bulan
- TUJUAN
- Mengetahui proses manajemen kebidanan menurut Helen
Varney (1997)
- Mengetahui proses manajemen kebidanan dengan manajemen
SOAP
- Mengetahui suntikan kontrasepsi suntik 1 bulan
- Mengetahui contoh askeb dengan menggunakan 7 langkah
varney kontrasepsi suntik 1 bulan
- Mengetahui contoh askeb dengan menggunakan manajemen
SOAP kontrasepsi suntik 1 bulan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
manajemen kebidanan menurut Helen Varney (1997)
Varney
(1997) menjelaskan bahwa proses manejemen merupakan proses pemecahan masalah
yang ditemukan oleh perawayt dan bidan pada awal 1970an . prsoses ini
memperkenalkan sebuah metode dengan pengoraganisasian, pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan bai bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan.
Varney
(1997) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan
salah satu teori yang dapat digunakan dalam manejemen kebidanan. Dalam teks box
kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manejemen diselesaikan dalam
lima langkah.
Varney
(1997) juga menambahkan satu langkah lagi langkah keempat dengan harapan bidan
dapat menggunakan kemampuan untuk melakukan deteksi dini dalam prose manejemen
sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi
bahkan dirujuk, segera bisa dapat dilaksanakan.
Langkah 1. Pengumpulan Data Dasar
Pada lngkah ini dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu:
a.
Riwayat
kesehatan.
b.
Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhannya.
c.
Meninjau catatan
terbaru atau catatan selanjutnya.
d.
Meninjau data
laboratorium dan membandingkannya dengan hasl study.
Pada
langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan dengan
dokter dalam manejemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan
keenam (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboraturium atau pemeriksaan
doagnosik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manejemen dari langkah
ke empat untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
Langkah 2. Intrepretasi Data Dasar
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnisis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis
yang ditengakkanoleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur (tata nama) dignosis kebidanan. Standar-standar
nomenklatur diagnosis kebidan tersebut adalah:
a. Diakui
dan telah di sahkan oleh profisi.
b. Berhubungan
langsung dengan praktik kebidanan.
c. Memiliki
ciri khas kebidanan di dukung oleh klinicel judgenment dalam praktik kebidanan.
d. Dapat
diselesaikan dengan pendekatan manejemen kebidanan.
Kata
masalah dan diagnosis keduanya di gunakan karena beberapa masalah tidak dapat
di selesaikan seperti diagnosis tetapi
sungguh membutuhkan penangan yang di tuangkan dalam rencana asuhan terhadap
klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diintefikasi
bidan sesuai dengan pengarahan. Masalah ini sering menyertai diagnosis. Sebagai
contoh diperoleh diagnosi “ kemungkinan wanita hamil “ dan maslah yang
berhubungan dengan diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak
menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap persalian dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditumda
lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosis“ tetapi tenti mungkin akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan membutuhkan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
Berikut
ini daftar diagnisis kebidanan yang telah memenuhi standar Nomenklatur, antara
lain: kehamilan normal, partus normal, syok, Denyut Jantung Janin (DJJ) tidak
normal, abortus, solusio plasenta, amnionitis anemia berat, atinia uteri,
postpartum normal, infeksi mammae, pembengkakan mammae, presentasi bokonh,
presentasi dagu, Disprorsi Kepala Panggul (DKP) presentasi ganda, kehamikan
ektopik, hidramnion, presentasi muka, persalinan semu, kematian janin,
Hemoregic antepartum (HAP) hemoragic postpartum (HPP), inersia utreri, inversio
uteri, bayi besar, mekanium, kehamilan mola, kehamilan ganda, partus macet,
posisi oksipito posterior, posisi oksipito lintang, plasenta previa,
preeklamsia berat (PEB), preeklamsia ringan (PER), hipertensi karena kehamilan,
ketuban pecah dini (KPD), kartus prematurus, prolaksus tali pusat, partus fase
laten lama, partus kala II lama, retensio plasenta, sisa plasenta, ruptur
uteri, bekas luka uteri, presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak
lintang dan lain-lain (WHO ; UNFPA ; World Bank, 2000, IMPAC (Intergrated
Manejemen Of Pregenancy and childbirth: A Guide for Midwifes Complications in
Pregnancy and Research, cit. PPKC, 2004).
Langkah
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.
Pada
langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman contoh: seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan.
Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang
berlebihan tersebut (misalnya polihidramnion, besar dari masalah kehamila,
gamelli, diabetes). Kemudian bidan harus mengantisipasi melakukan perencanaan
untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi
perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uteri
yang berlebihan.
Pada
persalinan dengan bayi besar, bidqn sebaiknya juga mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan
resusitasi.
Langkah
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang melakukan pelayanan segera.
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikunsultasikan
atau ditangani bersama dengan aggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen
kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus misalnya pada waktu tersebut dalam persalinan.
Langkah
5. Merencanakan asuhan yang Menyeluruh.
Pada
langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau
maslah yang telah diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah ini informasi
atau data dasar yang tidak lengkap dapat di lengkapi. Yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah fsikologis.
Dengan
perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui
oleh kedua belah pihak bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini haruslah
menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar vailid berdasarkang pengetahuan
dan teori up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau
tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi
sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap vailid sehigga
menghasilkan asuhan pelayanan yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah
6. Melaksanakan perencanaan
Pada
langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah lima harus dilaksanakan
secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi denga
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manejemen asuhan bagi klien adalah berytanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manejemen yang efesien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah
7. Evaluasi
Pada
langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi kebutuhan akan bantuanapakah benar-benar telah terpenuhi sesuai denga
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnosis.
Rencana tersebut dapat di anggap efektif juka memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif
sedang sebagian belum efektif.
Mengingat
bahwa proses manejemen asuhan kebidanan ini merupakan suatu hasil pola fikir
bidan yang berkisinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap
asuhan yang tidak efektif melalui proses manejemen untuk mengidintifikasi
mengapa proses manejemen tidak efektif serta melakukan penyusuaian pada rencana
asuha tersebut.
Langkah-langkah
proses manejemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas prose
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses kliniks.
Karena proses manejemen tersebut berlangsung didalam situasi dan dua langlah
yang terakhir tergantung pada klien dan situasi kliniks maka tidak mungkin
proses manejemen ini di evaluasi dalam program saja sudah di berikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Kriteria:
a. Penilaian
di lakukan segera setelah selesai melakukan asuhan sesuai kondisi klien.
b. Hasil
evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan pada klien atau keluarga.
c. Evaluasi
di lakukan sesuai standar.
d. Hasil
evaluasi di tindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien atau pasien.
- Pendokumentasian
Manejemen Kebidanan Dengan Metode SOAP
Menurut
thomas (1994 cit.Mufdlillah, dkk, 2001) dokumentasi adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan,
pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, prosedur tindakan, dan respon
pasien terhadap asuhan yang telah diberikan.
Pendukumentasian
yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan
dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang
sitematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen
kebidanan.
Pendokumentasian
atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam
metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis/assesment dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan
proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan
S
(Data Subjektif)
Data
subjektif (S) , merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Expresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan lansung atau ringkasan yang akan berhubungan lansung atau
ringkasan yang akan berhubungan lansung dengan diagnosis. Data Subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
Pada
pasien yang bisu, di bagian data belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O”
atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
O
(Data Objektif)
Data
Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney pertama (pengkajian data), terutama data uyang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain
dapat dimaksudkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti
gejela klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A
(Assessment)
A
(Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasia hasil analisis dan
intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat
bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
Analysis/assessment
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut helen varney langkah
kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini :
diagnosis/masalah kebidanan,diagnosis/masalah potensial serta perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah
potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan, meliputi: tindakan mendiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
P
(Planning)
Planning/perencanaan,
adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan
untuk mengusahaka tercapainya kondisi pasien secara optimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannnya. Rencana asuhan ini harus bidan mencapai
kriteria tujuan yang ingin dicapat dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang
akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus
sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, anatara lain dokter.
Meskipun
secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP
ini juga merupakan gambaran pendokumentasia implementasi dan evaluasi. Dengan
kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kelima, keenam, dan ketujuh. Pendokumentasian P dalam SOAP
ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengarasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus
disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilinatkan dalam
proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah,
maka rencana asuhan maupun implementasinyapun kemungkinan besar akan ikut
berubah atau harus disesuaikan.
Dalam
planning ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari
efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil
pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak
tercapai, proses eveluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan
proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap
mengacu pada SOAP.
- KONTRASEPSI
SUNTIKAN 1 BULAN
Suntikan yang saat ini berada di
pasaran indnesia adalah kombinasi antara 25 mg medroksiprogesterone asetat 50mg dan estrogen, contohnya adalah Cyclofem.
Cara kerja suntikan kombinasi ini pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil
kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari
kontrasepsi suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka resiko terhadap
hipertensi dan valkularisasi yang disebabkan oleh hormone ini praktis tidak
terjadi. Maka kontrasepsi suntik ini lebih aman untuk perempuan dengan
hihpertensi. Demikian juga pada perempuan yang mempunyai migraine juga lebih
aman menggunakan kontrasepsi ini.
Suntikan kombinasi ini efektif
bekerja selama 30 hari atau dapat juga dihitung dalam 4 minggu. Hal yang
membedakan dengan pil adalah klien akan tergantung dengan bidan/ provider KB
yang lain ketika menghendaki ulangan suntik. Efektivitas suntik juga tinggi
namun pengembalian kesuburan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan menggukan pil.Perempuan yang sudah disuntik otomatis tidak biasa menolak
dari semua efek yang terjadi sampai dengan efektifitasnya habis yaitu 30 hari
untuk suntikan kombinasi.Hal ini berbeda
dengan pil, yaitu klien dapat menghentikan penggunaanya sewaktu-waktu.
Waktu pemberian suntik untuk
pertama kali hampir sama dengan pil. Adapun yang membedakan adalah untuk
kunjungan ulang. Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan teknik intra
muskule dalam( sesuaikan dengan kondisi kien, yaitu gemuk kurusnya klien).
Mintalah klien untuk datang 4 minggu sekali. Dapat juga diberikan 7 hari
setalah jadwal seharusnya asal diyakini perempuan tersebut tidak hamil.
Anjurkan untuk menggunakan barrier lain atau tidak melakukan hubungan seksual
selama 7 hari. Namun lebih baik lagi apabila aseptor datang tepat pada
waktunya( 4minggusekali).
Hal-hal yang perlu disampaikanke
pada klien tentang hal-hal yang perlu diwaspadai pada jangka waktu penggunaan
kontrasepsi suntik kombinasi a dalah :
a) Nyeri
dada hebat atau nafas pendek, hal ini mengindikasikan adanya bekuan darah atau
adanya serangan jantung.
b) Sakit
kepala hebat atau gangguan penglihatan, ini mengindikasikan terjadinya stroke,
hipertensi atau migraine.
c) Nyeri
tungkai hebat, ini mengindikasikan kemungkinan penyumbatan pembuluh darah pada
tungkai.
d) Tidak
terjadinya perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum penyuntikan
berikutnya, ini dimungkinkan terjadinya kehamilan.
Ø Cara Kerja
·
Menekan ovulasi
·
Membuat lendir
serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
·
Perubahan pada
endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu
·
Menghambat
transportasi gamet oleh tuba
Ø Evektivitas
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 peremuan)
penggunaan
Ø Keuntungan
Kontrasepsi
·
Resiko terhadap
kesehatan kecil
·
Tidak
berpengaruh pada hubungn suami istri
·
Tidak diperlukan
pemeriksaan dalam
·
Jangka panjang
·
Efek samping
sangat kecil
·
Klien tidak
perlu penyimpanan obat suntik
Ø Kentungan
Nonkontrasepsi
·
Mengurangi
perdarahan
·
Mengurangi nyeri
saat haid
·
Mencegah anemia
·
Khasiat pencegahan
terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
·
Mengurangi
penyakit payudara jinak dan kista ovarium
·
Mencegah
kehamilan ektopik
·
Melindungi klien
dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul
·
Pada keadaan
tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause
Ø Kerugian
·
Terjadi perbahan
pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting,atau perdarahan sela selama 10 hari
·
Mual, sakit
kepala, nyeri payudra ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah
suntikan kedua atau ketiga
·
Ketergantungan
klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hariuntuk
mendapatkan suntikan
·
Efektivitasnya
berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi (Fenitoin dan
Barbiturat) atau obat tuberkulosis (Rifampisin)
·
Dapat terjadi
efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada
paru-paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati
·
Penambahan berat
badan
·
Tidak menjamin
perlindungan pada terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV
·
Kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
Ø Yang Boleh
Menggunakan Suntikan Kombinasi
·
Usia reproduksi
·
Telah memiliki
anak, ataupun yang belum memiliki anak
·
Ingin
mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi
·
Menyusui ASI
pascapersalinan >6 bulan
·
Pascapersalinan
dan tidak menyusui
·
Anemia
·
Nyeri haid berat
·
Haid teratur
·
Riwayat
kehamilan ektopik
·
Sering
menggunakan pil kontrasepsi.
Ø Yang Tidak Boleh
Menggunakan Suntikan Kombinasi
·
Hamil atau
diduga hamil
·
Menyusui dbawah
6 minggu pascapersalinan
·
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
·
Penyakit hati
akut (virus hepatitis)
·
Usia >35
tahun yang merok
·
Riwayat penyakit
jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg)
·
Riwayat kelainan
tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
·
Kelainan
pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
·
Keganasan pada
payudara
Ø Waktu Mula
Menggunakan Suntikan kombinasi
·
Suntikan pertama
dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan
·
Bila suntikan
pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari
·
Bila klien tidak
haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan
ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual ntuk 7
hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama 7 hari
·
Bila klien
pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, maka suntikan pertama
diberikan, asa; saja dapat dipstikan tidak hamil
·
Bila
pascapersalinan >6 bulan, menyusui, serta setelah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus
haid dari 1 dan 7
·
Bila
pascapersalinan >6 bulan dan menyusui, jangan diberikan suntikan kombinasi
·
Bila
pascapersalinan 3 minggu, dan tida menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi
·
Pascakeguguran,
suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari
·
Ibu yang sedang
menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi
sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu
menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
·
Bila kontrasepsi
sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan
sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. tidak diperlukan metode kontrasepsi lain
·
Ibu yang
menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan, asal saja diyakini ibu
tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid.
Bila diberikan pada 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan.
Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera
AKDR.
Ø Cara Penggunaan
·
Suntikan
kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan Imdalam. Klien diminta datang
setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hqri lebih awal, dengan
kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari
dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari.
Ø Keadaan yang
memerlukan perhatian khusus
Keadaan
|
Anjuran
|
Tekanan darah tinggi
|
<180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu
pengawasan
|
Kencing manis
|
Dapat diberikan pada kasus tanpa komplikasi dan
kencing manisnya terjadi <20 tahun. perlu diawasi
|
Migrain
|
Bila tidak ada gejala neurologik yang berhubungan
dengan sakit kepala, boleh diberikan.
|
Menggunakan obat tuberkulosis/obat epilepsi
|
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 mg
etinilestradiol atau mencari metode kontra sepsi lain
|
Ø Penanganan efek
samping yang sering terjadi
Efek samping
|
penanganan
|
Amenorea
|
Singkirkan kehamilan,
bila terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Jelaskan
bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim.anjurkan ke klien untuk kembali
ke klinik bila tidak datang haid menjaadi masalah. Bila klien hamil, rujuk
klien. Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormon progestindan estrogen
sedikit sekali pengaruhny terhadap janin.
|
Mual/pusing/muntah
|
Pastikan tidak ada
kehamilan. Bila hamil rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini
biasa dan akan hilang pada waktu dekat
|
Perdarahan/perdarahan
bercak
|
Bila hamil, rujuk.
Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. jelaskan bahwa
perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain peru diari
|
Ø Intruksi Untuk
Klien
o
Klien harus
kembali ke dokter/klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 4 minggu
o
Bila tidak haid
lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/linik untuk memastkan hamil
atau tidak
o
Jelaskan efek
samping yang sering didapatkan pada penyuntikan dan apa yang harus dilakukan
bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala atau nyeri
payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan dan biasanya akan hilang pada suntikan ke 2 atau ke 3
o
Apabila klien
sedang menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi, obat-obat
tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang sedang digunakan
Ø Tanda-tanda yang
Harus Diwaspadai pada Penggunaan suntikan Kombinasi
·
Nyeri dada hebat
atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di paru atau serangan
jantung
·
Sakit kepala
hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi atau
migrain
·
Nyeri tungkai
hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbtan pembuluh darah pada tungkai
·
Terjadi
perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntika
berikutnya kemungkinan terjadi kehamilan.
- CONTOH
ASKEB 7 LANGKAH VARNEY KONTRASEPSI SUNTIK 1 BULAN
MANAJEMEN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA
NY. A AKSEPTOR KB SUNTIK CYCLOFEM
DENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS MAMAJANG
No. Registrasi :
0026101996
Tanggal masuk : 1 April 2016 Jam : 10.00 WITA
Tanggal Pengkajian :1 April 2016 Jam :10.15 WITA
Nama Pengkaji : Nur Salsabilah Mursalim
LANGKAH
1. IDENTIFIKASI DATA DASAR
a.
Identitas Istri
/Suami
1)
Nama : Ny. A /
Tn. T
2)
Umur : 27 tahun /30
tahun
3)
Agama : Islam /Islam
4)
Suku : Makassar /Makassar
5)
Pendidikan : SMA /SMA
6)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga /Wiraswasta
7)
Alamat : Jln. Swadaya 5 no. 13
/
Jln. Swadaya 5 no. 13
8)
Telp. : 089888777321 /081342299890
b.
Anamnese (Data
Subjektif)
1)
Keluhan utama
Ibu
ingin memeriksakan keadaannya yang sudah tidak haid selama 4 bulan
berturut-turut
2)
Riwayat
Perkawinan
a.
Status
perkawinan sah, kawin 1 kali
b.
Menikah umur 23
tahun. Dengan suami umur 24 tahun. Lamanya 5 tahun, anak 1 orang.
3)
Riwayat
Menstruasi
a.
Menarche : Ibu menarche pada usia 12 tahun
b.
Siklus : Ibu siklus haidnya 28 hari
c.
Lama : Ibu lama menstruasi
7 hari
d.
Banyaknya : 3 kali ganti pmbalut per
hari
e.
Teratur /tidak
teratur : Teratur
f.
Sifat darah : Encer
g.
Dismenorhoe : Kadang-kadang merasakan nyeri
perut
pada
waktu mestruasi
4)
Riwayat Obsetri
P1A0
No.
|
Tgl /thn
partus
|
Tempat
partus
|
Umur
Kehamilan
|
Jenis
Partus
|
Penolong
|
Anak
|
Nifas
|
Keadaan Anak
Sekarang
|
Jenis
|
BB
|
PB
|
Keadaan
|
Menyusui
|
1.
|
18 April 2014
|
BPS
|
40 minggu
|
Spontan
|
Bidan
|
L
|
3100
|
51
|
Normal
|
2 Tahun
|
Hidup
|
5)
Riwayat KB
a.
Macam peserta KB
: Baru
b.
Metode yang
pernah dipakai : Suntik Cyclofem dengan lama
pengunaan
19 bulan
c.
Keluhan selama
pemakaian kontrasepsi : Selama pemakaian ibu mengalami spotting dan selama 4
bulan berturut-turut tidak mengalama haid
6)
Riwayat
kesehatan yang lalu
1.
Ibu tidak pernah
dirawat di RS
2.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit Jantung, DM, dan Hipertensi
3.
Ibu tidak pernah
mengalami gangguan sistem reproduksi
4.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit alergi, ketergantungan makanan dan obat-obatan serta tidak
pernah mengalami penyakit serius
7)
Riwayat penyakit
keluarga
1.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperyi jantung, DM, dan Hipertensi
2.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit menular
8)
Riwayat
pemenuhan kebutuhan dasar
a)
Nutrisi
1.
Makan : Ibu makan 3 kali sehari, porsi
sedang,
nasi, lauk, sayur dan buah
2.
Minum : Ibu sehari minum air putih 8 gelas
b)
Pola eliminasi
1.
BAB : Ibu BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning
kecoklatan
2.
BAK :Ibu BAK 5-6 kali sehari, warna kuning, jernih,
bau
khas feses
3.
Keluhan : Tidak
ada keluhan saat BAB dan BAK
c)
Pola istirahat
Ibu
tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 7-8 jam per hari
d)
Pola hygine
Ibu
mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali per minggu dan
ganti pakaian setiap kali sehabis mandi.
e)
Pola seksual
Ibu
tidak ada keluhan
f)
Pola aktifitas
Ibu
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak, dan mencuci
dilakukan sendri
9)
Data Psikologis
Ibu
merasa cemas karena tidak haid selama 4 bulan berturut-turut. Dan ibu belum
mengetahui bahwa Amenore yang dialaminya merupakan efek samping dari
penggunaan KB suntik Cyclofem.
c.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmentis
c.
TTV :
-
TD : 110/80 mmHg
-
N : 80x/menit
-
S : 36,5 C
-
R : 20x/menit
d.
TB : 161 cm
e.
BB : 50kg
f.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Kepala
ü Inspeksi : Rambut kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambut tidak
rontok
ü Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
2.
Wajah
ü Inspeksi : Wajah bersih tidak ada jerawat
ü Palpasi : Tidak ada oedema
3.
Mata
ü Inspeksi : Konjungtiva merah muda, dan sklera putih
tidak ikterus
4.
Hidung
ü Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
dan polip
5.
Telinga
ü Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
6.
Mulut dan gigi
ü Inspeksi : Bibir merah muda, mulut bersih, gigi tidak
ada caries,
gusi
tidak bengkak dan berdarah
7.
Leher
ü Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tyroid, limpa,
dan
vena jugularis, serta tidak ada nyeri tekan
8.
Payudara
ü Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, dan puting susu menonjol
ü Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
9.
Abdomen
ü Inspeksi
: Tidak ada luka bekas operasi
ü Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
10.
Ekstremitas
ü Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada
oedema dan
Varices
ü Palpasi : Refleks patella (+) kiri dan kanan
g.
Pemeriksaan
Penunjang
Tanggal
1 April 2016, Jam 10.35 WITA
1.
Plano tes
Hasil : (-) Negatif
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
A. Diagnosa
: Ny. A P1A0, umur 27 tahun akseptor KB
suntik
Cyclofem
dengan
Amenore
Data
Dasar :
1)
Data Subjektif :
a.
Ibu pernah
melahirkan anak satu kali dan tidak pernah keguguran
b.
Ibu memakai KB
suntik 1 bulanan
c.
Ibu tidak haid
selama 4 bulan berturut-turut
2)
Data Objektif :
a.
Keadaan umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmentis
c.
TTV :
-
TD : 110/80 mmHg
-
N : 80x/menit
-
S : 36,5 C
-
R : 20x/menit
d.
TB : 161 cm
e.
BB : 50kg
B.
Masalah
Ibu
merasa cemas sehubungan dengan tidak haid selama 4 bulan berturut-turut
Data
Dasar :
1)
Data subjektif :
- Ibu merasa cemas karena tidak haid selama 4
bulan berturut-turut
2)
Data Objektif :
- Pada palpasi abdomen tidak ada benjolan dan
nyeri tekan
Analisa dan Interpretasi Data :
Ibu
tidak haid disebabkan karena salah satu efek samping dari suntik KB1 Bulan Cyclofem.
Efek samping Cyclofem yang sering terjadi adalah amenore, mual, muntah,
pusing, perdarahan, dan perdarahan bercak (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Ed 2, 2013)
C.
Kebutuhan
Diberikan
support mental dan KIE tentang efek samping KB suntik Cyclofem serta
penyebab Amenore
LANGKAH III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang menunjang
LANGKAH
IV. TINDAKAN EMERGENCY/ KOLABORASI/KONSULTASI/ RUJUKAN
Tidak ada indikasi
LANGKAH
V. INTERVENSI
Diagnosa : Ny. A P1A0, umur 27 tahun akseptor KB
suntik Cyclofem
dengan
Amenore
Tujuan : Amenore teratasi
Kriteria :
-
Keadaan umum klien baik
-
Tanda-tanda vital tetap dalam batas normal
-
Ibu dapat haid kembali
-
Ibu tidak merasa cemas dan menerima keadaannya
Tanggal
1 April 2016, Pukul 11.10 WITA
a.
Beri informasi
tentang keadaan ibu
Rasional
: Agar ibu mengetahui tentang keadaannya
b.
Beri informasi
tentang efek samping dari KB suntik Cyclofem
Rasional
: Agar ibu tahu bahwa keadaannya sekarang disebabkan karena
efek
samping dari KB suntik Cyclofem
c.
Beri KIE tentang
penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut (Amenore)
Rasional
: Agar ibu tidak cemas dan mengetahui tentang penyebab dari
keadaannya
sekarang
d.
Beri terapi 1
siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3 hari
sebanyak 10 tablet
Rasional
:Agar setelah meminum obat tersebut diharapkan ibu bisa haid
kembali
e.
Anjurkan ibu
kontrol ulang 2 hari lagi
Rasional
: Agar bidan tahu perkembangan dari kondisi ibu
LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 1 April 2016, Pukul 11.35 WITA
a.
Pukul 11.40 WITA,
memberi tahu tentang keadaan ibu
Hasil
: Ibu mengerti dengan keadannya
b.
Pukul 11.45 WITA,
memberi tahu tentang efek samping KB suntik Cyclofem
Hasil
: Ibu mengerti dengan efek samping KB suntik Cyclofem
c.
Pukul 11.55 WITA,
memberikan KIE kepada ibu penyebab terjadinya tidak haid selama 4 bulan
berturut-turut
Hasil
: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
d.
Pukul 12.20
WITA, memberikan terapi 1 siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg per
hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet
Hasil
: Ibu mau meminum obat yang diberikan
e.
Pukul 12.30
WITA, menganjurkan ibu kontrol ulang 2 hari lagi
Hasil
: Ibu bersedia kembali untuk kontrol 2 hari lagi
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 1 April 2016, Pukul 12.35 WITA
a.
Ibu mengerti
dengan keadannya
b.
Ibu dapat
menjelaskan kembali efek samping KB suntik cyclofem
c.
Ibu dapat mengerti
dengan KIE yang disampaikan oleh bidan
d.
Ibu telah
diberikan obat terapi 1 siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg per
hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet
e.
Ibu bersedia
kembali untuk kontrol 2 hari lagi
- CONTOH
ASKEB DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN SOAP KONTRASEPSI SUNTIK 1 BULAN
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A AKSEPTOR KB SUNTIK CYCLOFEM
DENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS MAMAJANG
No. Registrasi :
0026101996
Tanggal masuk : 1 April 2016 Jam : 10.00 WITA
Tanggal Pengkajian :1 April 2016 Jam :10.15 WITA
Nama Pengkaji : Nur Salsabilah Mursalim
IDENTITAS
ISTRI /SUAMI
1)
Nama : Ny. A /
Tn. T
2)
Umur : 27 tahun /30
tahun
3)
Agama : Islam /Islam
4)
Suku : Makassar /Makassar
5)
Pendidikan : SMA /SMA
6)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga /Wiraswasta
7)
Alamat : Jln. Swadaya 5 no. 13
/
Jln. Swadaya 5 no. 13
8)
Telp. : 089888777321 /081342299890
DATA SUBJEKTIF (S)
1.
Ibu ingin
memeriksakan keadaannya yang sudah tidak haid selama 4 bulan berturut-turut
2.
Ibu pernah
melahirkan anak satu kali dan tidak pernah keguguran
3.
Ibu tidak pernah
dirawat di RS
4.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit Jantung, DM, dan Hipertensi
5.
Ibu tidak pernah
mengalami gangguan sistem reproduksi
6.
Ibu tidak ada
riwayat penyakit alergi, ketergantungan makanan dan obat-obatan serta tidak
pernah mengalami penyakit serius
7.
Ibu merasa cemas
karena tidak haid selama 4 bulan berturut-turut
DATA OBJEKTIF (O)
- Keadaan
umum : Baik
- Kesadaran
: Composmentis
- TTV :
-
TD : 110/80 mmHg
-
N : 80x/menit
-
S : 36,5 C
-
R : 20x/menit
4.
TB : 161
cm
5. BB :
50kg
6. Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan pada abdomen
ASESSMENT (A)
-
Diagnosa : Ny. A P1A0, umur 27 tahun akseptor KB
suntik
Cyclofem
dengan
Amenore
-
Masalah Aktual : Ibu merasa cemas sehubungan dengan
tidak haid selama
4 bulan
berturut-tururut
- Masalah
Potensial : Tidak ada data yang
menunjang
-
TINDAKAN
EMERGENCY/ KOLABORASI/KONSULTASI/ RUJUKAN :
Tidak
ada indikasi
PLANNING (P)
Tanggal 1 April 2016,
Pukul 11.35 WITA
a.
Memberi tahu
tentang keadaan ibu
Hasil
: Ibu mengerti dengan keadannya
b.
Memberi tahu
tentang efek samping KB suntik Cyclofem
Hasil
: Ibu mengerti dengan efek samping KB suntik Cyclofem
c.
Memberikan KIE
kepada ibu penyebab terjadinya tidak haid selama 4 bulan berturut-turut
Hasil
: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
d.
Memberikan
terapi 1 siklus pil kombinasi Etinilestradiol 50 mg per hari untuk 3
hari sebanyak 10 tablet
Hasil
: Ibu mau meminum obat yang diberikan
e.
Menganjurkan ibu
kontrol ulang 2 hari lagi
Hasil
: Ibu bersedia kembali untuk kontrol 2 hari lagi
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Manajemen
kebidanan
menurut Helen Varney (1997) :
Langkah
1. Pengumpulan Data Dasar
Langkah
2. Intrepretasi Data Dasar
Langkah
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.
Langkah
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang melakukan pelayanan segera.
Langkah
5. Merencanakan asuhan yang Menyeluruh.
Langkah
6. Melaksanakan perencanaan .
Langkah
7. Evaluasi
2. Pendokumentasian
Manejemen Kebidanan Dengan Metode SOAP :
S
(Data Subjektif)
O
(Data Objektif)
A
(Assessment)
P
(Planning)
3. Suntikan
yang saat ini berada di pasaran indnesia adalah kombinasi antara 25 mg
medroksiprogesterone asetat 50mg dan
estrogen, contohnya adalah Cyclofem. Cara kerja suntikan kombinasi ini pada
prinsipnya sama dengan cara kerja pil kombinasi. Suntikan kombinasi ini efektif
bekerja selama 30 hari atau dapat juga dihitung dalam 4 minggu. Perempuan yang
sudah disuntik otomatis tidak biasa menolak dari semua efek yang terjadi sampai
dengan efektifitasnya habis yaitu 30 hari untuk suntikan kombinasi
B.
SARAN
Saran
yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk bidan agar
dapat meningkatkan asuhan kepada pasien KB suntik Cyclofem dengan
amenore
2.
Untuk Mahasiswi
kebidanan diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi
DAFTAR
PUSTAKA
Affandi,
Biran, dkk. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Ed.3.
Jakarta
: PT. BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO
Chandranita
Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita,
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Muslihatun,
Wafi Nur, dkk. 2009. Dukumentasi Kebidanan. Jogyakarta :
Fitramaya
Melani, Niken, dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana (Dilengkapi
Dengan
Penuntun
Belajar). Jogyakarta : Fitramaya